Sabtu, 18 Oktober 2008

Koleksi Avalokitesvara Gallery










Buddhism Image Gallery













Ehipassiko

Kata ehipassiko berasal dari kata ehipassika yang terdiri dari 3 suku kata yaitu ehi, passa dan ika. Secara harafiah ”ehipassika” berarti datang dan lihat. Ehipassikadhamma merupakan sebuah undangan kepada siapa saja untuk datang, melihat serta membuktikan sendiri kebenaran yang ada dalam Dhamma.
Istilah ehipassiko ini tercantum dalam Dhammanussati (Perenungan Terhadap Dhamma) yang berisi tentang sifat-sifat Dhamma.

Guru Buddha mengajarkan untuk menerapkan sikap ehipassiko di dalam menerima ajaranNya. Guru Buddha mengajarkan untuk ”datang dan buktikan” ajaranNya, bukan ”datang dan percaya”. Ajaran mengenai ehipassiko ini adalah salah satu ajaran yang penting dan yang membedakan ajaran Buddha dengan ajaran lainnya.
Salah satu sikap dari Guru Buddha yang mengajarkan ehipassiko dan memberikan kebebasan berpikir dalam menerima suatu ajaran terdapat dalam perbincangan antara Guru Buddha dengan suku Kalama berikut ini:

"Wahai, suku Kalama. Jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah mempertimbangkannya, pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau karena kalian berpikir, `Petapa itu adalah guru kami. `Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri, `Hal-hal ini adalah bermanfaat, hal-hal ini tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan`, maka sudah selayaknya kalian menerimanya.” (Kalama Sutta; Anguttara Nikaya 3.65)

Sikap awal untuk tidak percaya begitu saja dengan mempertanyakan apakah suatu ajaran itu adalah bermanfaat atau tidak, tercela atau tidak tecela; dipuji oleh para bijaksana atau tidak, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan atau tidak, adalah suatu sikap yang akan menepis kepercayaan yang membuta terhadap suatu ajaran. Dengan memiliki sikap ini maka nantinya seseorang diharapkan dapat memiliki keyakinan yang berdasarkan pada kebenaran.

Ajaran ehipassiko yang diajarkan oleh Guru Buddha juga harus diterapkan secara bijaksana. Meskipun ehipassiko berarti ”datang dan buktikan” bukanlah berarti selamanya seseorang menjadikan dirinya objek percobaan. Sebagai contoh, ketika seseorang ingin membuktikan bahwa menggunakan narkoba itu merugikan, merusak, bukan berarti orang tersebut harus terlebih dulu menggunakan narkoba tersebut. Sikap ini adalah sikap yang salah dalam menerapkan ajaran ehipassiko. Untuk membuktikan bahwa menggunakan narkoba itu merugikan, merusak, seseorang cukup melihat orang lain yang menjadi korban karena menggunakan narkoba. Melihat dan menyaksikan sendiri orang lain mengalami penderitaan karena penggunaan narkoba, itu pun suatu pengalaman, suatu pembuktian.

Jumat, 17 Oktober 2008

Hari Ulang Tahun Dewi Kwan Im

Ribuan Umat Bakal Meriahkan Hut Dewi Kwan Im
Ditulis pada 8 Oktober,2008 oleh rdar


Rencananya Jumat (17/10) mendatang Kelenteng Soei Goeat Kiong yang berlokasi di Kel 10 Ulu akan melaksanakan perayaan ulang tahun Dewi Kwan Im. Ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan pada peringatan yang bakal dihadiri ribuan umat tersebut, mulai dari persembahyangan hingga hiburan badut, Tanjidor dan karaoke.

Harun salah satu pengurus kelenteng menjelaskan saat ini sedang dilakukan berbagai persiapan mulai dari pembersihan sekitar kelenteng hingga altar-altar dalam kelenteng. ” Rencananya jumat malam sudah mulai dilakukan ritual, ” ujarnya.
Dijelaskan Harun, dalam satu tahun memang ada tiga perayaan ulang tahun dewi kwan im ini, yaitu tanggal 19 bulan 3 untuk mengenang kelahiran, 19 bulan 6 untuk kesucian, dan 19 bulan 9 penanggalan cina untuk kematian. ”Puncak perayaan tanggal 19 bulan 10 atau tahun masehinya 17 Oktober 2008 ini adalah untuk mengenang kematian Dewi Kwan Im, ” terangnya.
Ditambahkan harun, kelenteng Soei Goeat Kiong merupakan kelenteng umum bukan kelenteng marga, jika semua umat bisa hadir dalam perayaan tersebut. Oleh karena itu, diprediksi ribuan umat dari pelosok Sumsel bakal hadir dalam perayaan tersebut.
Ritual sendiri akan dimulai pukul 24.00 WIB, malam sabtu dengan pembacaan doa-doa dilanjutkan hingga keesokan harinya. ”Perlu juga diketahui bahwa pihak panitia biasanya mempersiapkan jukung untuk mengangkut umat yang ingin menyeberang dari kelenteng di Hong Tiong Tio di kawasan 16 ilir ke dermaga 10 ulu dan sebaliknya gratis, ”terangnya.
Kalaupun ada umat yang membawa kendaraan sendiri tidak usah bingung, karena dilokasi juga sudah disediakan tempat parkir yang cukup luas. ” Itu juga gratis, ” tegasnya. Mengenai hiburan sama seperti perayaan sebelumnya yaitu badut, tanjidor dan badut.(ace)

Minggu, 15 Juni 2008




YM. Maha Bhiksuni Cheng Yen Sthavira


Semangat utamanya ketika memutuskan menjadi Bhiksuni adalah bertekad membawa semangat Bodhisattva Avalokitesvara untuk menolong umat manusia dari penderitaan dengan prinsip “Satu tangan bekerja sebanyak seribu tangan, satu mata melihat sebanyak seribu mata.

Maha Bhiksuni Cheng Yen, seorang Bhiksuni Budha dari Taiwan, mendirikan Tzu Chi Foundation pada Th.1966.
Dengan empat misi utamanya Amal, Obat, Pendidikan, dan Kebudayaan, organisasi ini sudah membangun rumah sakit, sekolah, dan menolong jutaan orang yang memerlukannya di seluruh dunia.
Belas kasih Nya untuk penderitaan manusiawi sudah mengharukan jutaan sukarelawan untuk melayani secara tak mementingkan diri sendiri di seluruh dunia.
Dia dihadiahi Eisenhower Medallion untuk sumbangannya sampai perdamaian dunia, dan dicalonkan bagi Nobel Peace Prize.
Maha Bhiksuni Cheng Yen tahu bahwa derita di dunia ini tidak disebabkan semata-mata oleh kemiskinan, tetapi, juga, kekurang pengertian tujuan hidup.
Dia percaya bahwa kehidupan yang paling berarti adalah Menolong sesama yang memerlukan pertolongan kita.
Dengan Pemahaman ini maka Beliau menjabat sebagai kedua Pemimpin, Pimpinan Perlayanan Tzu Chi Foundation maupun sebagai pemimpin rohani Buddhanya.

Tiga Sumpah Maha Bhiksuni Cheng Yen Sthavira
Beliau di umur Dua puluhan, pandangan Maha Bhiksuni Cheng Yen ditimpa oleh rentetan peristiwa yang seharusnya menentukan hidupnya.
Terlebih dulu, bapaknya meninggal tiba-tiba karena stroke, dengan serius menyusahkannya ketika kekurangannya pengetahuan membuatnya tak dapat dengan semestinya memiliharanya.
Lalu Beliau dijijiki bahwa yang miskin dari Taiwan tidak bisa mendapat perawatan kedokteran.
, yang ditambah dengan kesehatan ringkihnya sendiri, memindahkannya untuk melepaskan kehidupan nyamannya untuk menjadi seorang Bhiksuni Buddha.
Baginya, Buddhism mesti secara aktif dilibatkan dalam menolong orang.
Pelaksanaan aktif Beliau Buddhism adalah bibit yang nanti muncul untuk menjadi Tzu Chi, dan membolehkannya bekerja terus-menerus untuk tiga sumpahnya:
Memurnikan Pikiran.
Menyelaraskan masyarakat.
Bebas dunia dari bencana.


Menolong Yang Miskin Dengan Mendidik yang lebih Sejahtera

Bermula dengan lima orang biarawati, dan lima puluh sen tabungan sehari-hari dari tiga puluh rumah tangga, Maha Bhiksuni Cheng Yen mengejar misinya menolong yang miskin dan mendidik yang lebih sejahtera.
Di bawah bimbingan Beliau, Tzu Chi bekerja dengan dan mewakili orang dari semua jalan-jalan hidup.
Di dalam jiwa "Tidak ada seorang pun yang saya tidak mencintai, percaya, atau memaafkan," dia mencoba menolong membuatkan dunia Penuh dengan kebaikan, belas kasih, kegembiraan, dan kesetaraan dengan mengurangi penderitaan lahiriah dan fisik yang melarat, dan menuntun sukarelawan Tzu Chi kearah pertumbuhan pribadi dan rohani

Mengubah Masyarakat dimulai dari individu
Perbaikan di masyarakat tidak datang dari masyarakat sendiri tetapi dari anggotanya.
Adalah lewat pertumbuhan pribadi memungkinkan dari uluran tangan dari Masyarakat yang lehih mampu.
Beliau melihat individu sebagai pembawa peranan penting untuk perubahan.
Kebangkitan ini dari orang yang berbelas kasihan


Berusaha Bersama Hati yang Mulia
Suatu ketika Beliau didesak untuk dana selama pembuatan rumah sakit, seorang dermawan sadar kembali menawari Beliau sumbangan yang murah hati yang melebihi banyaknya Keperluan menyelesaikan rumah sakit.
Meskipun nampaknya seperti sesuatu yang sangat membantu, dia dengan sopan menolak tawaran.
Beliau tidak menginginkan rumah sakit yang hanya sebagai gedung yang Penyelamat jiwa, tetapi kesempatan bagi orang banyak untuk memberi kasihnya.
Dari asas yang sama, Beliau juga memegang pendirian bahwa masing-masing proyek, maupun pendirian rumah sakit, perguruan, dan penelitian pusat, diselesaikan lewat usaha bersama sama, daripada oleh sedikit dermawan yang murah hati.

Membangun dengan Iman/kepercayaan
Masa Membangun rumah sakit adalah satu percobaan yang paling sulit bagi Beliau.
Dimana Beliau menolak tawaran yang murah hati ketika dia memerlukannya Yang Banyak?
Bukankah lebih baik menerima dari pada susah-susah berminta-minta, bagaimana Beliau bisa memutuskan membangun rumah sakit yang jutaan, ketika dia tidak punya apa-apa?
Iman/Kepercayaan, kata Beliau.
"Kepercayaan diri sendiri, bahwa tujuan saya murni."
Dan kepercayaan ke orang lain, itu dalam hati setiap orang memiliki cinta yang terpendam yang hanya menunggu untuk dibangunkan.
Kepastiannya bahwa mereka yang sama pandangan akan turut serta dalam usaha mereka.yang diserahkan sepenuhnya kepada Beliau banyak Proyek sulit yang telah berhasil dilaksanakan.

Jalan didepan
Semenjak Maha Bhiksuni Cheng Yen mendirikan Tzu Chi Foundation, kepercayaan dan misinya sudah dilancarkan ke luar di seluruh dunia.
Walaupun Tzu Chi sudah menjadi organisasi internasional dengan di atas 4 juta orang anggota, Beliau tidak mengingat kembali prestasi Tzu Chi, tetapi secara terus-menerus pandangan di depan.
Kepadanya, masih banyak yang perlu dilakukan.
Kata Beliau,
"Tidak ada lebih berharga daripada kehidupan."
Hal yang paling penting akan menghormati orang hidup dan pertolongan.
Tragedi yang paling berat di hidup menderita.
Jika tidak ada penderitaan, masyarakat akan sempurna.
Kalau tiap orang bahagia, saya pun ikut bahagia.
Kalau tiap orang sehat, saya pun ikut sehat.
Kalau penderitaan manusiawi berakhir, penderitaan saya berakhir.

Minggu, 18 Mei 2008

Waisak 2008, Umat Buddha Serukan Kerukunan dan Kepedulian pada Semua

Joko Widiyarso - GudegNet

Selasa, 13 Mei 2008, 09:53 WIB

Perayaan Waisak tahun ini terasa luar biasa karena pelaksanaannya bertepatan dengan sebuah momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia, Seabad Kebangkitan Nasional.

Dalam pelaksanaannya nanti, peringatan Waisak yang tahun ini bertema "Perkokoh Kerukunan Bangsa, Tingkatkan Kepedulian Semua" ini akan lebih mengoptimalkan peran Candi Borobudur sebagai sarana utama untuk ritual bagi umat Budha, dari pada perayaan yang mengedepankan hura-hura semata.

"Hari Waisak tahun ini luar biasa karena bertepatan dengan Seabad Kebangkitan Nasional. Dalam penyelengaraannya nanti, panitia akan menjadikan Candi Borobudur murni sebagai sarana ritual, bukan hura-hura semata," kata Bhiksu Andhanavira Mahasthavira, Ketua Umum Panitia Perayaan Waisak Nasional 2552/2008 Konferensi Agung Sangha Indonesia (KASI) dalam jumpa pers di Vihara Buddha Prabha, Yogyakarta (12/05).

Rangkaian kegiatan Waisak akan dimulai pada hari Sabtu, 18 Mei 2008 dengan mengambil air berkah Waisak dari mata air di Umbul Jumprit, Temanggung dan pada hari yang sama mengambil api alam abadi di Mrapen, Grobogan. Air dan api ini puja dipersembahkan di Candi Mendut sebagai tanda awal puja bhakti yang akan dipimpin oleh para bhikku, bhiksu dan bhiksuni dari jajaran Konferensi Agung Sangha Indonesia beserta para pandita dan umat.

Sedangkan untuk tanggal 19 Mei, akan dilangsungkan pembacaan parrita, mantra dan sutra secara terus menerus di Candi Mendut dan Borobudur hingga menjelang Waisak tiba.

pada tanggal 20 Mei dini hari, para bhikshu dan pandita beserta umat akan melakukan puja paradakshina mengelilingi Candi Borobudur. Tiap tiga langkah yang dibuat akan diikuti dengan satu kali berlutut kepada Triratna, yaitu Buddha, Dharma, dan Sangha. Pada pukul 08.00 WIB, para bhikhu, bhiksu, bhiksuni, pandita, dan umat bersiap-siap di Candi Mendut menyambut sat Waisak dengan melakukan meditasu bersama seluruh umat Buddha pada pukul 09.11 WIB, yakni memperingati saat kelahiran, pencapaian penerangan sempurna dan wafatnya guru agung, Buddha.

Untuk menwujudkan tema Waisak tahun ini, "Perkokoh Kerukunan Bangsa, Tingkatkan Kepedulian Semua", panitia Waisak Nasional akan menggelar sejumlah acara seperti bhakti sosial, pengobatan grtis, penghijauan yang akan dipusatkan di Rembang, Kudus, Pati, Jepara, dan Magelang. Rencananya, kegiatan akan diselenggarakan pada 14 - 19 Mei 2008 dengan melibatkan lebih dari 9000 orang.

Peringatan Waisak Nasional 2008 akan dilaksanakan pada hari Selasa, 20 Mei 2008 di Candi Borobudur dan Candi Mendut di Magelan, Jawa Tengah. Kemudian Perayaan Waisak Nasional akan dilanjutkan di Jakarta pada hari Sabtu, 24 Mei 2008 pukul 18.00 - 21.00 WIB di Istora Senayan - Gelora Bung Karno Jakarta, yang rencananya akan dihadiri oleh Presiden RI.

Selain dihadiri oleh Presiden SBY, peringatan Waisak 2008 ini rencananya juga akan dihadiri oelh para bhikhu dan bhikshu dan bhikshuni dari sejumlah negara tetangga seperti Singapura, Kamboja, Thailand, India, dsb.

Minggu, 04 Mei 2008

Empat Kesunyataan Mulia

Empat Kesunyataan Mulia terdiri dari:
Dukkha: Penderitaan
Samudaya: Sebab Penderitaan
Nirodha: Lenyapnya Penderitaan
Magga: Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan


Catatan: sebenarnya terjemahan atas Dukkha sebagai "penderitaan" (suffering) masih kurang tepat। Dukkha harus dipandang secara lebih luas daripada sekedar penderitaan secara umum.


Dukkha: Penderitaan "Kelahiran adalah dukkha, usia tua adalah dukkha; kematian adalah dukkha; kesakitan, keluh-kesah, ratap tangis, kesedihan, dan putus asa adalah dukkkha; berpisah dengan yang dicintai dan bertemu dengan yang tidak disukai adalah dukkha; tidak mendapatkan apa yang diinginkan adalah dukkha। Singkatnya, lima kelompok kemelekatan adalah dukkha."


Samudaya: Sebab Penderitaan "Itulah nafsu keinginan (tanhã) yang mengakibatkan kelahiran kembali (tumimbal lahir) yang berulang, dengan disertai oleh hawa nafsu akan kenikmatan indria dan kesenangan indria। Misalnya, nafsu keinginan terhadap perasaan sensual, nafsu keinginan terhadap yang berwujud maupun yang tidak berwujud."


Nirodha: Lenyapnya Penderitaan "Itulah penghancuran kegemaran dan pelenyapan keinginan; ditolak, dilepas, dan ditinggalkannya nafsu keinginan। Hal ini harus dilakukan oleh diri sendiri."


Magga: Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan "Itulah Jalan Mulia Berunsur Delapan yang terdiri dari: Pengertian Benar (Sammã Ditthi), Pikiran Benar (Sammã Sankappa), Ucapan Benar (Sammã Vãca), Perbuatan Benar (Sammã Kammantã), Penghidupan Benar (Sammã Ãjiva), Usaha Benar (Sammã Vãyama), Perhatian Benar (Sammã Sati), dan Konsentrasi Benar (Sammã Samãdhi)."

Sumber:
Samnyutta Nikaya LVI, 11.
Treasure of the Dhamma, Dr. K. Sri Dhammananda.
Intisari Agama Buddha, Narada Mahathera.

Jumat, 02 Mei 2008

SANG BUDDHA PELINDUNGKU



Sang Buddha Pelindungku



"Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci serta tidak
mengumpulkan bekal (kekayaan) selagi masih muda, ia akan merana
seperti bangau tua yang berdiam di kolam yang tidak ada ikannya".
(Dhammapada, Jara Vagga no. 10)



"Mereka yang bergembira dengan nafsu indria, akan jatuh ke dalam
arus (kehidupan), seperti laba-laba yang jatuh ke dalam jaring
yang dibuatnya sendiri. Tetapi para bijaksana dapat memutuskan
belenggu itu, mereka meninggalkan kehidupan duniawi, tanpa ikatan
serta melepaskan kesenangan-kesenangan indria".
(Dhammapada, Tanha Vagga no. 14)



"Mereka yang menganggap tercela terhadap apa yang sebenarnya
tidak tercela dan menganggap tidak tercela terhadap apa yang
sebenarnya tercela, maka orang yang menganut pandangan salah
seperti itu akan masuk ke alam sengsara".
(Dhammapada, Niraya Vagga no. 13)


"Mereka yang mengetahui apa yang tercela sebagai tercela,
dan apa yang tidak tercela sebagai tidak tercela, maka orang yang
menganut pandangan benar seperti itu akan masuk ke alam bahagia".
(Dhammapada, Niraya Vagga no. 14)


"Ada yang lebih baik dari pada kekuasaan mutlak atas bumi, dari
pada pergi ke Surga atau dari pada memerintah seluruh dunia,
yakni hasil kemuliaan dari seorang Suci yang telah memenangkan
arus (Sotapattiphala)".
(Dhammapada, Loka Vagga no. 12)


"Kelaparan merupakan penyakit yang paling berat. Segala sesuatu
yang berkondisi merupakan penderitaan yang paling besar. Setelah
mengetahui hal ini sebagaimana adanya, orang bijaksana memahami
bahwa Nibbana merupakan kebahagiaan tertinggi"
(Dhammapada, Sukha Vagga no. 7)


Syair Karaniya Metta Sutta:
Inilah yang harus dilaksanakan oleh mereka-mereka yang tekun dalam kebaikan. Dan telah mencapai ketenangan bathin. Ia harus pandai, jujur, sangat jujur. Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong.
Merasa puas, mudah dirawat Tiada sibuk, sederhana hidupnya Tenang indrianya, selalu waspada Tahu malu, tidak melekat pada keluarga
Tak berbuat kesalahan walaupun kecil yang dapat dicela oleh para Bijaksana. Hendaklah ia selalu berpikir: "Semoga semua makhluk sejahtera dan damai, semoga semua makhluk berbahagia"
Makhluk apapun juga Baik yang lemah atau yang kuat tanpa kecuali Yang panjang atau yang besar yang sedang, pendek, kurus atau gemuk
Yang terlihat atau tidak terlihat Yang jauh maupun yang dekat Yang telah terlahir atau yang akan dilahirkan Semoga semuanya berbahagia
Jangan menipu orang lain Atau menghina siapa saja, Janganlah karena marah dan benci Mengharapkan orang lain mendapat celaka
Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan nyawanya Untuk melindungi anaknya yang tunggal Demikianlah terhadap semua makhluk Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas
Hendaknya pikiran kasih sayang Dipancarkannya ke seluruh penjuru alam, ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling Tanpa rintangan, tanpa benci, atau permusuhan
Sewaktu berdiri, berjalan, atau duduk Atau berbaring sesaat sebelum tidur Ia tekun mengembangkan kesadaran ini Yang dinamakan "Kediaman Brahma"
Tidak berpegang pada pandangan yang salah Tekun dalam sila dan memiliki kebijaksanaan, Hingga bathinnya bersih dari segala nafsu indria Maka ia tak akan lahir lagi dalam rahim manapun juga


"Dengan menyadari bahwa tubuh ini rapuh bagaikan tempayan, maka
hendaknya seseorang memperkokoh pikirannya bagaikan benteng kota
dan menyerang mara dengan senjata kabijaksanaan"
(Dhammapada, Citta Vagga no. 8)


"Kebencian tidak akan pernah berakhir apabila dibalas dengan kebencian. Tetapi kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak membenci. Inilah suatu hukum abadi".
(Dhammapada, Yamaka Vagga no 5)



"Barangsiapa yang berbuat jahat terhadap orang baik, orang suci dan orang yang tidak bersalah maka kejahatan akan berbalik menimpa orang bodoh itu bagaikan debu yang dilempar melawan angin".
(Dhammapada, Papa Vagga no. 10)


"Di dunia ini ia bersedih hati, di dunia sana ia bersedih hati,
pelaku kejahatan akan bersedih hati di kedua dunia itu. Ia
bersedih hati dan meratap karena melihat perbuatannya sendiri
yang tidak bersih".


Janganlah berbuat jahat Tambahkanlah kebaikan Sucikan hati dan pikiran Ini ajaran semua Buddha



AJARAN WELAH ASIH AVALOKITESVARA BODHISATTVA



Yang harus diingat dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari hari :
Jika orang bikin kita susah anggaplah itu adalah tumpukan rejeki.
Mulailah hari ini belajarlah setiap hari menyenangkan hati orang lain.
Jika kamu merasa pahit dalam hidupmu dengan suatu tujuan itulah bahagia
Lari dan berlarilah yang cepat untuk mengejar hari esok.
Setiap hari harus merasa puas dengan apa yang kamu miliki saat ini.
Setiap kali kalau ada orang memberi kamu satu kamu harus mengembalikannnya
sepuluh kali lipat semua jasa yang pernah kamu lakukan.
Dalam keadaan benar kamu difitnah,dipersalahkan,dan dihukum, maka kamu ada
mendapatkan pahala.
Nilailah orang lain terhadap kamu tetapi hapuslah
Dalam keadaan salah kamu di puji dan dibenarkan itu merupakan suatu hukuman.
Orang yang benar kita bela tetapi yang salah kita beri nasehat.
Jika perbuatan kamu benar kamui difitnah dan dipersalahkan tetapi kamu menerimanya,
maka akan datang rejeki kepadamu yang berlimpah ruak
Jangan selalu melihat dan mengeram kesalahan orang lain tetapi selalu melihat
diri sendiri itulah kebenaran.
Orang yang baik diajak bergaul tetapi orang yang jahat dikasihani
Dua orang saling mengakui kesalahan masing masing maka dua orang
itu akan bersahabat sepanjang masa.
Saling salah menyalahkan maka akan mengakibatkan putus hubungan.
Kalau kamu rela dan tulus menolong orang itu berbuat salah maka tegurlah langsung dengan kata kata yang lemah lembut sehingga orang itu menjadi insaf.
Doa dan sembah sujudmu akan aku terima apabila kamu bisa sabar dan menuruti jalanku
Barang siapa yang memperbanyak dan ikut serta di dalam menyebarkan
AJARAN WELAS ASIH AVALOKITESVARA BODHISATTVA
akan mendapatkan pahala yang tak terhingga
Karma sutra
(Hukum Sebab Akibat)
Sebab: Akibat:
Berdana minyak lampu : Dikaruniai mata indah dan terang
Memuja Sang BUDDHA : dengan bunga Memiliki wajah cantik
Tekun Membaca Doa : Di beri kecerdasan dan Bijaksana
Menyebarkan Dharma : Memiliki istri cantik dan Berbudi
Menghiasi altar sang buddha : Sukses dlm perkawinan
Membangun vihara : Mendapat jabatan tinggi
Membangun jalan atau jembatan : Memilik kendaraan Mewah
Membangun sekolah atau rumah sakit : Sukses&Bahagia
Memberi makan orang miskin : Berpakaian mewah
Memberi bunga : Membuat dia kaya raya
Menolong orang sebatang kara : Memiliki rumah mewah
Melepaskan burung atau kura kura : Memiliki org tua yang baik
Melepaskan ikan : Panjang umur&bahagia
Menolong orang sakit : Diberi kesehatan
Meniup lilin altar : Mulut jadi cacat
Mencaci orang tua : Menjadi bisu&tuli
Memukul orang tua : Membuat tangannya cacat
Kurang perhatian dasar Dharma : Menjadi tuli
Memuja sang buddha dgn daging : Menderita penyakit kulit
Berdagang dengan tidak jujur : Menderita penyakit korengan
Memburu dengan tali dan jala : Mati tergantung
Bermusuhan,benci,dendam : Mati digigit binatang
Narkoba : Tidak dapat melahirkan
Menyiksa binatang : Badannya korengan dan bisulan
Iri hati : Kesepian,korengan dan bisulan
Sumpah palsu : Mati disambat petir
Kikir : Menjadi miskin
Membunuh makhluk hidup : Membuat ia pendek umur
Mencuri : Kehilangan barang barangnya
Pesan dari Dewi Kwan im:
Sesungguhnya kemurahan DEWI KWAN IM menyertai kita semua
Hormatilah kepadanya dgn sepenuh hati Oh Dewi Kwan IM segenap hati aku percaya kepadamu