Sabtu, 18 Oktober 2008

Koleksi Avalokitesvara Gallery










Buddhism Image Gallery













Ehipassiko

Kata ehipassiko berasal dari kata ehipassika yang terdiri dari 3 suku kata yaitu ehi, passa dan ika. Secara harafiah ”ehipassika” berarti datang dan lihat. Ehipassikadhamma merupakan sebuah undangan kepada siapa saja untuk datang, melihat serta membuktikan sendiri kebenaran yang ada dalam Dhamma.
Istilah ehipassiko ini tercantum dalam Dhammanussati (Perenungan Terhadap Dhamma) yang berisi tentang sifat-sifat Dhamma.

Guru Buddha mengajarkan untuk menerapkan sikap ehipassiko di dalam menerima ajaranNya. Guru Buddha mengajarkan untuk ”datang dan buktikan” ajaranNya, bukan ”datang dan percaya”. Ajaran mengenai ehipassiko ini adalah salah satu ajaran yang penting dan yang membedakan ajaran Buddha dengan ajaran lainnya.
Salah satu sikap dari Guru Buddha yang mengajarkan ehipassiko dan memberikan kebebasan berpikir dalam menerima suatu ajaran terdapat dalam perbincangan antara Guru Buddha dengan suku Kalama berikut ini:

"Wahai, suku Kalama. Jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah mempertimbangkannya, pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau karena kalian berpikir, `Petapa itu adalah guru kami. `Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri, `Hal-hal ini adalah bermanfaat, hal-hal ini tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan`, maka sudah selayaknya kalian menerimanya.” (Kalama Sutta; Anguttara Nikaya 3.65)

Sikap awal untuk tidak percaya begitu saja dengan mempertanyakan apakah suatu ajaran itu adalah bermanfaat atau tidak, tercela atau tidak tecela; dipuji oleh para bijaksana atau tidak, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan atau tidak, adalah suatu sikap yang akan menepis kepercayaan yang membuta terhadap suatu ajaran. Dengan memiliki sikap ini maka nantinya seseorang diharapkan dapat memiliki keyakinan yang berdasarkan pada kebenaran.

Ajaran ehipassiko yang diajarkan oleh Guru Buddha juga harus diterapkan secara bijaksana. Meskipun ehipassiko berarti ”datang dan buktikan” bukanlah berarti selamanya seseorang menjadikan dirinya objek percobaan. Sebagai contoh, ketika seseorang ingin membuktikan bahwa menggunakan narkoba itu merugikan, merusak, bukan berarti orang tersebut harus terlebih dulu menggunakan narkoba tersebut. Sikap ini adalah sikap yang salah dalam menerapkan ajaran ehipassiko. Untuk membuktikan bahwa menggunakan narkoba itu merugikan, merusak, seseorang cukup melihat orang lain yang menjadi korban karena menggunakan narkoba. Melihat dan menyaksikan sendiri orang lain mengalami penderitaan karena penggunaan narkoba, itu pun suatu pengalaman, suatu pembuktian.

Jumat, 17 Oktober 2008

Hari Ulang Tahun Dewi Kwan Im

Ribuan Umat Bakal Meriahkan Hut Dewi Kwan Im
Ditulis pada 8 Oktober,2008 oleh rdar


Rencananya Jumat (17/10) mendatang Kelenteng Soei Goeat Kiong yang berlokasi di Kel 10 Ulu akan melaksanakan perayaan ulang tahun Dewi Kwan Im. Ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan pada peringatan yang bakal dihadiri ribuan umat tersebut, mulai dari persembahyangan hingga hiburan badut, Tanjidor dan karaoke.

Harun salah satu pengurus kelenteng menjelaskan saat ini sedang dilakukan berbagai persiapan mulai dari pembersihan sekitar kelenteng hingga altar-altar dalam kelenteng. ” Rencananya jumat malam sudah mulai dilakukan ritual, ” ujarnya.
Dijelaskan Harun, dalam satu tahun memang ada tiga perayaan ulang tahun dewi kwan im ini, yaitu tanggal 19 bulan 3 untuk mengenang kelahiran, 19 bulan 6 untuk kesucian, dan 19 bulan 9 penanggalan cina untuk kematian. ”Puncak perayaan tanggal 19 bulan 10 atau tahun masehinya 17 Oktober 2008 ini adalah untuk mengenang kematian Dewi Kwan Im, ” terangnya.
Ditambahkan harun, kelenteng Soei Goeat Kiong merupakan kelenteng umum bukan kelenteng marga, jika semua umat bisa hadir dalam perayaan tersebut. Oleh karena itu, diprediksi ribuan umat dari pelosok Sumsel bakal hadir dalam perayaan tersebut.
Ritual sendiri akan dimulai pukul 24.00 WIB, malam sabtu dengan pembacaan doa-doa dilanjutkan hingga keesokan harinya. ”Perlu juga diketahui bahwa pihak panitia biasanya mempersiapkan jukung untuk mengangkut umat yang ingin menyeberang dari kelenteng di Hong Tiong Tio di kawasan 16 ilir ke dermaga 10 ulu dan sebaliknya gratis, ”terangnya.
Kalaupun ada umat yang membawa kendaraan sendiri tidak usah bingung, karena dilokasi juga sudah disediakan tempat parkir yang cukup luas. ” Itu juga gratis, ” tegasnya. Mengenai hiburan sama seperti perayaan sebelumnya yaitu badut, tanjidor dan badut.(ace)