Minggu, 18 Mei 2008

Waisak 2008, Umat Buddha Serukan Kerukunan dan Kepedulian pada Semua

Joko Widiyarso - GudegNet

Selasa, 13 Mei 2008, 09:53 WIB

Perayaan Waisak tahun ini terasa luar biasa karena pelaksanaannya bertepatan dengan sebuah momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia, Seabad Kebangkitan Nasional.

Dalam pelaksanaannya nanti, peringatan Waisak yang tahun ini bertema "Perkokoh Kerukunan Bangsa, Tingkatkan Kepedulian Semua" ini akan lebih mengoptimalkan peran Candi Borobudur sebagai sarana utama untuk ritual bagi umat Budha, dari pada perayaan yang mengedepankan hura-hura semata.

"Hari Waisak tahun ini luar biasa karena bertepatan dengan Seabad Kebangkitan Nasional. Dalam penyelengaraannya nanti, panitia akan menjadikan Candi Borobudur murni sebagai sarana ritual, bukan hura-hura semata," kata Bhiksu Andhanavira Mahasthavira, Ketua Umum Panitia Perayaan Waisak Nasional 2552/2008 Konferensi Agung Sangha Indonesia (KASI) dalam jumpa pers di Vihara Buddha Prabha, Yogyakarta (12/05).

Rangkaian kegiatan Waisak akan dimulai pada hari Sabtu, 18 Mei 2008 dengan mengambil air berkah Waisak dari mata air di Umbul Jumprit, Temanggung dan pada hari yang sama mengambil api alam abadi di Mrapen, Grobogan. Air dan api ini puja dipersembahkan di Candi Mendut sebagai tanda awal puja bhakti yang akan dipimpin oleh para bhikku, bhiksu dan bhiksuni dari jajaran Konferensi Agung Sangha Indonesia beserta para pandita dan umat.

Sedangkan untuk tanggal 19 Mei, akan dilangsungkan pembacaan parrita, mantra dan sutra secara terus menerus di Candi Mendut dan Borobudur hingga menjelang Waisak tiba.

pada tanggal 20 Mei dini hari, para bhikshu dan pandita beserta umat akan melakukan puja paradakshina mengelilingi Candi Borobudur. Tiap tiga langkah yang dibuat akan diikuti dengan satu kali berlutut kepada Triratna, yaitu Buddha, Dharma, dan Sangha. Pada pukul 08.00 WIB, para bhikhu, bhiksu, bhiksuni, pandita, dan umat bersiap-siap di Candi Mendut menyambut sat Waisak dengan melakukan meditasu bersama seluruh umat Buddha pada pukul 09.11 WIB, yakni memperingati saat kelahiran, pencapaian penerangan sempurna dan wafatnya guru agung, Buddha.

Untuk menwujudkan tema Waisak tahun ini, "Perkokoh Kerukunan Bangsa, Tingkatkan Kepedulian Semua", panitia Waisak Nasional akan menggelar sejumlah acara seperti bhakti sosial, pengobatan grtis, penghijauan yang akan dipusatkan di Rembang, Kudus, Pati, Jepara, dan Magelang. Rencananya, kegiatan akan diselenggarakan pada 14 - 19 Mei 2008 dengan melibatkan lebih dari 9000 orang.

Peringatan Waisak Nasional 2008 akan dilaksanakan pada hari Selasa, 20 Mei 2008 di Candi Borobudur dan Candi Mendut di Magelan, Jawa Tengah. Kemudian Perayaan Waisak Nasional akan dilanjutkan di Jakarta pada hari Sabtu, 24 Mei 2008 pukul 18.00 - 21.00 WIB di Istora Senayan - Gelora Bung Karno Jakarta, yang rencananya akan dihadiri oleh Presiden RI.

Selain dihadiri oleh Presiden SBY, peringatan Waisak 2008 ini rencananya juga akan dihadiri oelh para bhikhu dan bhikshu dan bhikshuni dari sejumlah negara tetangga seperti Singapura, Kamboja, Thailand, India, dsb.

Minggu, 04 Mei 2008

Empat Kesunyataan Mulia

Empat Kesunyataan Mulia terdiri dari:
Dukkha: Penderitaan
Samudaya: Sebab Penderitaan
Nirodha: Lenyapnya Penderitaan
Magga: Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan


Catatan: sebenarnya terjemahan atas Dukkha sebagai "penderitaan" (suffering) masih kurang tepat। Dukkha harus dipandang secara lebih luas daripada sekedar penderitaan secara umum.


Dukkha: Penderitaan "Kelahiran adalah dukkha, usia tua adalah dukkha; kematian adalah dukkha; kesakitan, keluh-kesah, ratap tangis, kesedihan, dan putus asa adalah dukkkha; berpisah dengan yang dicintai dan bertemu dengan yang tidak disukai adalah dukkha; tidak mendapatkan apa yang diinginkan adalah dukkha। Singkatnya, lima kelompok kemelekatan adalah dukkha."


Samudaya: Sebab Penderitaan "Itulah nafsu keinginan (tanhã) yang mengakibatkan kelahiran kembali (tumimbal lahir) yang berulang, dengan disertai oleh hawa nafsu akan kenikmatan indria dan kesenangan indria। Misalnya, nafsu keinginan terhadap perasaan sensual, nafsu keinginan terhadap yang berwujud maupun yang tidak berwujud."


Nirodha: Lenyapnya Penderitaan "Itulah penghancuran kegemaran dan pelenyapan keinginan; ditolak, dilepas, dan ditinggalkannya nafsu keinginan। Hal ini harus dilakukan oleh diri sendiri."


Magga: Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan "Itulah Jalan Mulia Berunsur Delapan yang terdiri dari: Pengertian Benar (Sammã Ditthi), Pikiran Benar (Sammã Sankappa), Ucapan Benar (Sammã Vãca), Perbuatan Benar (Sammã Kammantã), Penghidupan Benar (Sammã Ãjiva), Usaha Benar (Sammã Vãyama), Perhatian Benar (Sammã Sati), dan Konsentrasi Benar (Sammã Samãdhi)."

Sumber:
Samnyutta Nikaya LVI, 11.
Treasure of the Dhamma, Dr. K. Sri Dhammananda.
Intisari Agama Buddha, Narada Mahathera.

Jumat, 02 Mei 2008

SANG BUDDHA PELINDUNGKU



Sang Buddha Pelindungku



"Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci serta tidak
mengumpulkan bekal (kekayaan) selagi masih muda, ia akan merana
seperti bangau tua yang berdiam di kolam yang tidak ada ikannya".
(Dhammapada, Jara Vagga no. 10)



"Mereka yang bergembira dengan nafsu indria, akan jatuh ke dalam
arus (kehidupan), seperti laba-laba yang jatuh ke dalam jaring
yang dibuatnya sendiri. Tetapi para bijaksana dapat memutuskan
belenggu itu, mereka meninggalkan kehidupan duniawi, tanpa ikatan
serta melepaskan kesenangan-kesenangan indria".
(Dhammapada, Tanha Vagga no. 14)



"Mereka yang menganggap tercela terhadap apa yang sebenarnya
tidak tercela dan menganggap tidak tercela terhadap apa yang
sebenarnya tercela, maka orang yang menganut pandangan salah
seperti itu akan masuk ke alam sengsara".
(Dhammapada, Niraya Vagga no. 13)


"Mereka yang mengetahui apa yang tercela sebagai tercela,
dan apa yang tidak tercela sebagai tidak tercela, maka orang yang
menganut pandangan benar seperti itu akan masuk ke alam bahagia".
(Dhammapada, Niraya Vagga no. 14)


"Ada yang lebih baik dari pada kekuasaan mutlak atas bumi, dari
pada pergi ke Surga atau dari pada memerintah seluruh dunia,
yakni hasil kemuliaan dari seorang Suci yang telah memenangkan
arus (Sotapattiphala)".
(Dhammapada, Loka Vagga no. 12)


"Kelaparan merupakan penyakit yang paling berat. Segala sesuatu
yang berkondisi merupakan penderitaan yang paling besar. Setelah
mengetahui hal ini sebagaimana adanya, orang bijaksana memahami
bahwa Nibbana merupakan kebahagiaan tertinggi"
(Dhammapada, Sukha Vagga no. 7)


Syair Karaniya Metta Sutta:
Inilah yang harus dilaksanakan oleh mereka-mereka yang tekun dalam kebaikan. Dan telah mencapai ketenangan bathin. Ia harus pandai, jujur, sangat jujur. Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong.
Merasa puas, mudah dirawat Tiada sibuk, sederhana hidupnya Tenang indrianya, selalu waspada Tahu malu, tidak melekat pada keluarga
Tak berbuat kesalahan walaupun kecil yang dapat dicela oleh para Bijaksana. Hendaklah ia selalu berpikir: "Semoga semua makhluk sejahtera dan damai, semoga semua makhluk berbahagia"
Makhluk apapun juga Baik yang lemah atau yang kuat tanpa kecuali Yang panjang atau yang besar yang sedang, pendek, kurus atau gemuk
Yang terlihat atau tidak terlihat Yang jauh maupun yang dekat Yang telah terlahir atau yang akan dilahirkan Semoga semuanya berbahagia
Jangan menipu orang lain Atau menghina siapa saja, Janganlah karena marah dan benci Mengharapkan orang lain mendapat celaka
Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan nyawanya Untuk melindungi anaknya yang tunggal Demikianlah terhadap semua makhluk Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas
Hendaknya pikiran kasih sayang Dipancarkannya ke seluruh penjuru alam, ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling Tanpa rintangan, tanpa benci, atau permusuhan
Sewaktu berdiri, berjalan, atau duduk Atau berbaring sesaat sebelum tidur Ia tekun mengembangkan kesadaran ini Yang dinamakan "Kediaman Brahma"
Tidak berpegang pada pandangan yang salah Tekun dalam sila dan memiliki kebijaksanaan, Hingga bathinnya bersih dari segala nafsu indria Maka ia tak akan lahir lagi dalam rahim manapun juga


"Dengan menyadari bahwa tubuh ini rapuh bagaikan tempayan, maka
hendaknya seseorang memperkokoh pikirannya bagaikan benteng kota
dan menyerang mara dengan senjata kabijaksanaan"
(Dhammapada, Citta Vagga no. 8)


"Kebencian tidak akan pernah berakhir apabila dibalas dengan kebencian. Tetapi kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak membenci. Inilah suatu hukum abadi".
(Dhammapada, Yamaka Vagga no 5)



"Barangsiapa yang berbuat jahat terhadap orang baik, orang suci dan orang yang tidak bersalah maka kejahatan akan berbalik menimpa orang bodoh itu bagaikan debu yang dilempar melawan angin".
(Dhammapada, Papa Vagga no. 10)


"Di dunia ini ia bersedih hati, di dunia sana ia bersedih hati,
pelaku kejahatan akan bersedih hati di kedua dunia itu. Ia
bersedih hati dan meratap karena melihat perbuatannya sendiri
yang tidak bersih".


Janganlah berbuat jahat Tambahkanlah kebaikan Sucikan hati dan pikiran Ini ajaran semua Buddha



AJARAN WELAH ASIH AVALOKITESVARA BODHISATTVA



Yang harus diingat dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari hari :
Jika orang bikin kita susah anggaplah itu adalah tumpukan rejeki.
Mulailah hari ini belajarlah setiap hari menyenangkan hati orang lain.
Jika kamu merasa pahit dalam hidupmu dengan suatu tujuan itulah bahagia
Lari dan berlarilah yang cepat untuk mengejar hari esok.
Setiap hari harus merasa puas dengan apa yang kamu miliki saat ini.
Setiap kali kalau ada orang memberi kamu satu kamu harus mengembalikannnya
sepuluh kali lipat semua jasa yang pernah kamu lakukan.
Dalam keadaan benar kamu difitnah,dipersalahkan,dan dihukum, maka kamu ada
mendapatkan pahala.
Nilailah orang lain terhadap kamu tetapi hapuslah
Dalam keadaan salah kamu di puji dan dibenarkan itu merupakan suatu hukuman.
Orang yang benar kita bela tetapi yang salah kita beri nasehat.
Jika perbuatan kamu benar kamui difitnah dan dipersalahkan tetapi kamu menerimanya,
maka akan datang rejeki kepadamu yang berlimpah ruak
Jangan selalu melihat dan mengeram kesalahan orang lain tetapi selalu melihat
diri sendiri itulah kebenaran.
Orang yang baik diajak bergaul tetapi orang yang jahat dikasihani
Dua orang saling mengakui kesalahan masing masing maka dua orang
itu akan bersahabat sepanjang masa.
Saling salah menyalahkan maka akan mengakibatkan putus hubungan.
Kalau kamu rela dan tulus menolong orang itu berbuat salah maka tegurlah langsung dengan kata kata yang lemah lembut sehingga orang itu menjadi insaf.
Doa dan sembah sujudmu akan aku terima apabila kamu bisa sabar dan menuruti jalanku
Barang siapa yang memperbanyak dan ikut serta di dalam menyebarkan
AJARAN WELAS ASIH AVALOKITESVARA BODHISATTVA
akan mendapatkan pahala yang tak terhingga
Karma sutra
(Hukum Sebab Akibat)
Sebab: Akibat:
Berdana minyak lampu : Dikaruniai mata indah dan terang
Memuja Sang BUDDHA : dengan bunga Memiliki wajah cantik
Tekun Membaca Doa : Di beri kecerdasan dan Bijaksana
Menyebarkan Dharma : Memiliki istri cantik dan Berbudi
Menghiasi altar sang buddha : Sukses dlm perkawinan
Membangun vihara : Mendapat jabatan tinggi
Membangun jalan atau jembatan : Memilik kendaraan Mewah
Membangun sekolah atau rumah sakit : Sukses&Bahagia
Memberi makan orang miskin : Berpakaian mewah
Memberi bunga : Membuat dia kaya raya
Menolong orang sebatang kara : Memiliki rumah mewah
Melepaskan burung atau kura kura : Memiliki org tua yang baik
Melepaskan ikan : Panjang umur&bahagia
Menolong orang sakit : Diberi kesehatan
Meniup lilin altar : Mulut jadi cacat
Mencaci orang tua : Menjadi bisu&tuli
Memukul orang tua : Membuat tangannya cacat
Kurang perhatian dasar Dharma : Menjadi tuli
Memuja sang buddha dgn daging : Menderita penyakit kulit
Berdagang dengan tidak jujur : Menderita penyakit korengan
Memburu dengan tali dan jala : Mati tergantung
Bermusuhan,benci,dendam : Mati digigit binatang
Narkoba : Tidak dapat melahirkan
Menyiksa binatang : Badannya korengan dan bisulan
Iri hati : Kesepian,korengan dan bisulan
Sumpah palsu : Mati disambat petir
Kikir : Menjadi miskin
Membunuh makhluk hidup : Membuat ia pendek umur
Mencuri : Kehilangan barang barangnya
Pesan dari Dewi Kwan im:
Sesungguhnya kemurahan DEWI KWAN IM menyertai kita semua
Hormatilah kepadanya dgn sepenuh hati Oh Dewi Kwan IM segenap hati aku percaya kepadamu